Kebun Binatang Gembiraloka

Kegitan tour bersama teman - teman PLS dalam rangka penyegaran pikiran kembali untuk menuju Ujian Tengah Semester 4.

pemberdayaan masyarakat

Kegiatan ke Giri Purwo mengamati dan meneliti kebutuhan masyarakat akan air di daerah Tlogo Warak yang terdapat sebuah gua dengan sumber air dari dalam tanah yang selalu memancar sebagai tugas dari mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat.

Pendidikan Luar Sekolah

kegiatan dalam rangka tugas mata kuliah dan Kegiatan HIMA.

Observasi di TK

Tugas Mata Kuliah Anak Usia Dini Di Daerah Ngemplak, Sleman Yogyakarta.

Study Banding

Kegiatan Study Banding HIMA PLS di P2PNFI Semarang.

Sabtu, 11 Juni 2011

pengalaman

          Hari jum'at bulan November akhir Merapi mulai menyemburkan awan panas lengkap dengan segala material yang ada di dalam perutnya. Dan pada hari itu juga pagi pagi aq bersama keluarga dari Tanteq siap - siap untuk mengungsi ketempat saudaraq yang ada di Bantul, saat itu aq sedang sakit,,uhhh rasanya pastrinya g'kan enak bget lahh, (dlam pkiranq gni, uda sakit ikut ngungsi,, apakah aq msih kuat ya,,,sedang keaadaanq sudah bnar2 lmah bnget,,tp ap bleh buat klau tdak mengungsi qt jga tdak thu bgaimana klanjutan dri bncana merapi itu sendiri karena kabar2 sudah mli bnyak orang mengungsi. Aq ditempat Tanteq sudah 6 hari terhitung hari jum'at,,tp wlaupun qt disna,tp tetap juga gempa nasih mngguncang daerah skitar,,,,selama qt disna sudah 3x gempa yang mengguncang daerah sekitar Bantul. rasanya ngeri juga,,pkirq Tuhan adil ya,,sebelah merapi diberikan bencana sini juga,,,agar mereka sama2 tetap bisa bersyukur. Karena sudah 1minggu aq ad disna aq mrasa kngen sma klga yang ad dirumah q, Kamis pagi yang cerah saat aq bersama ad'q pulang kerumah dari tempat pengungsian pada saat bencana merapi,, hemm rasanya seneng bangat bisa kembali kerumah,,karena walaupun qta ngungsinya masih ditempat saudara tetapi rasanya tetap lebih nyaman ada dirumah sendiri. 
Aq pulang dirumahq karena aq sakit, selain itu aq juga uda kangen ma or2q yang mengkhawatirkan tentang keadaan kami semua,,. sebelum aq plang kermah aq mampir dlu kerumah Eyang aq yang sudah sangat menunggu kabar dri klga yang di Sleman. aq disna menginap 1 mlam, dan pginya aq diajak ad'q kepantai,,disana aq bisa meluapkan ketakutanq akan bencana merapi, gempa yang aq alami,,karena jujur,, pertama kali aq tinggal di Sleman pertama kali juga pengalamanq mengungsi dan terkena bencana merapi...Dan karena bencana merapi kuliahq libur 1 minggu,, dan hari jum'at aq nyampe dirmah,,,dirmah aq sneng bnget karena disana aq bisa tidur nyenyak,,, hari minggu aq kembali ke rumah Sleman,karena seninnya aq uda harus kuliah lagi , dan tak disangka berat badanq turun drastis,,,4 kg dalam wktu 1minggu...,,,, nah itulah sedikit pengalamanq tentang bencana merapi yang terjadi,,dan pertama kalinya aq mengungsi,,, Salam snyummmmmmmm

tugasq

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENDIDIKAN NONFORMAL
Abstrak
Dalam kehidupan sekarang ini pendidikan memang sudah cukup maju, akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum bisa mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang memang sudah menjadi hak oleh setiap warga Negara. Oleh karena itu pendidikan nonformal menjadi salah satu alternative bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan walaupun tidak dari pendidikan formal seperti sekolah.karena pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang teratur dan dengan sadar dilakukan tetapi tidak mengikuti peraturan – peraturan yang tetap dan ketat. Akan tetapi masih banyak yang belum mengetahui konsep dasar pendidikan multikultural itu sendiri. Sedangkan dalam suatu masyarakat itu sendiri terdapat berbagai macam budaya atau cultur, yang memang sudah melekat dan mendarah daging dari setiap warga masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu Pendidikan multikultural menjadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk memahami konsepa pendidikan nonformal itu sendiri, karena pendidikan multikultural mencakup semuanya dari etnis, suku dan yang lainnya yang memang ada dalam masyarakat itu sendiri, sehingga pendidikan nonformal yang berlangsung secara langsung dalam suatu masyarakat dengan berbagai budaya itu sendiri langsung dapat memahami konsep pendidikan nonformal dengan melalui pendidikan multikultural.
1. Pendahuluan
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan – peraturan yang tetap dan ketat. Pendidikan nonformal sengaja dirancang untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas yang dapat menghasilkan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan harapan masyarakat. Pembelajaran dalam pendidikan nonformal diharapkan menjadi transformasi budaya dan upaya penataan lingkungan yang bisa memberi nuansa bagi warga belajar untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Tim MKPBM ( Mata kuliah Proses Mengajar ) (2001:9), pembelajaran merupakan jantungnya proses sosialisasi yang merupakan rekayasa psikologis untuk memelihara kegitan belajar tersebut, sehingga setiap individu yang belajar dapat secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.
Namun untuk saat ini dalam dunia pendidikan masih banyak kendala – kendala yang dihadapi salah satunya dalam memahami konsep pendidikan nonformal. Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi, pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal berusaha mencari jawaban dengan menelusuri pola-pola pendidikan yang ada, seperti pesantren, dan pendidikan keagamaan lainnya yang keberadaannya sudah jauh sebelum Indonesia merdeka, bertahan hidup sampai sekarang dan dicintai, dihargai dan diminati serta berakar dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang dapat digunakan dalam memahami pendidikan nonformal. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan multicultural, karena dengan pendidikan multikultural yang mencakup tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan yang dapat digunakan dalam pemahaman konsep pendidikan nonformal yang memang secara langsung merupakan sarana pendididikan yang memang diberikan bagi masyarakat. Yang secara tidak langsung masyarakat tersebut sudah bersinggungan dengan yang namanya budaya atau cultur. Oleh karena itu dengan pendidikan ini diharapkan muncul suatu system keyakinan yang terwujud dalam memahami konsep pendididkan nonformal yang berlandaskan budaya yang sudah dikenal warga belajar, sehingga kebudayaan tersebut dapat terus diaplikasikan dan dilestarikan melalui cara pikir, cara pandang, dan cara mengerjakan sesuatu generasi mudanya.
2. Kajian Pustaka
a. Multikultural dan Pendidikan Multikultural
Menurut Suparlan (2002), akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan diantara para ahli harus disamakan, atau tidak dipertentangkan antara satu konsep yang dipunyai oleh seorang ahli dengan konsep ahli – ahli lain. Karena multikulturalisme itu adalah sebuah ideology dan sebuah alat atau wahana untuk , meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah idea tau ideology, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, dan dalam dunia pendidikan serta berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan. Kajian – kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antarmanusia dalam berbagai managemen pengelolaan sumbur – sumber daya akan merupakan sumbangan yang penting dalam upaya mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme dalam pendidikan untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sementara itu pendidikan multikultural berarti pendidikan untuk/tentang demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan. Pendidikan multicultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup ditengah – tengah masyarakat plural. Menurut Azyumardi Azra ( Zubaedi,2006 ), pandangan dunia “ multikultural” secara substansif sebenarnya tidaklah terlalu baru di Indonesia. Prinsip Indonesia sebagai Negara “ bhinneka Tunggal Ika”, mencerminkan bahwa meskipun Indonesia adalah multicultural, tetapi tetap terintegrasi dalam keikaan, kesatuan. Pembentukan masyarakat multicultural Indonesia tidak bisa secara taken for granted atau trial and error. sebaliknya harus diupayakan secara sistematis, programatis, intregrated, dan berkesinambungan. Langkah yang paling strategis dalam hal ini adalah melalui pendidikan multikultural yang diselanggarakan melalui seluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, dan bahkan informal dalam masyarakat luas.
Mengenai fokus pendidikan multicultural, Tilaar (Zubaedi,2006 ) mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata – mata kepada kelompok rasial, agama dan kultural dominan atau mainstream. Fokus seperti ini pernah menjadi tekanan pada pendidikan multikultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu – individu yang berasal dari kelompok – kelompok minoritas terhadap budaya mainsterm yang dominan, yang pada akhirnya menyebabkan orang – orang dari kelompok minoritas terintregasi kedalm masyarakat mainsterm. Pendidikan multicultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti “(difference), atau “politics of recognition” politik pengakuan terhadap orang – orang dari kelompok minoritas.
Dalam konteks itu, pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap “indifference” dan “Non – recognition” tidak hanay berakar dari ketimpanga struktur rasial, tetapi paradigm pendidikan multikultuaral mencakup subjek – subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan kelompok – kelompok minoritas dalamm berbagai bidang, terutama dalam bidang pendidikan.
Multikulturalisme merupakan suatu strategi dari integrasi sosial di mana keanekaragaman budaya benar – benar diakui dan dihormati, sehingga dapat difungsikan secara efektif dalam menengarai setiap isu separatisme dan disintegrasi sosial. Pengalaman mengajarkan, bukan semangat kemanunggulan atau ketunggalan ( tunggal ika ) yang paling potensial akan melahirkan persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas ( bhinneka ) budaya bangsa inilah yang lebih menjamin peraturan bangsa manuju pembaharuan sosial yang demokratis.
b. Pendidikan Nonformal
Sementara itu dalam hal ini kita akan membahas pendidikan multikultural dalam hal pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal itu sendiri adalah pendidikan yang dilasanakan untuk warga belajar yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan – peraturan yang tetap dan ketat. Sebagaimana tugas – tugas pendidikan formal dan juga pendidikan informal maka tugas pendidikan nonformal adalah membantu kualitas dan martabat sebagai individu dan warga Negara yang dengan kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan dan kemajuan. Pendidikan Nonformal Berbasis Masyarakat Model pendidikan berbasis masyarakat untuk konteks Indonesia kini semakin diakui keberadaannya pasca pemberlakuan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga ini diatur pada 26 ayat 1 s/d 7 jalur yang digunakan bisa formal dan atau nonformal. Dalam hubungan ini, pendidikan nonformal berbasis masyarakat adalah pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian fungsional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis. Dengan demikian, nampak bahwa pendidikan nonformal pada dasarnya lebih cenderung mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat yang merupakan sebuah proses dan program, yang secara esensial, berkembangnya pendidikan nonformal berbasis masyarakat akan sejalan dengan munculnya kesadaran tentang bagaimana hubungan-hubungan sosial bisa membantu pengembangan interaksi sosial yang membangkitkan concern terhadap pembelajaran berkaitan dengan masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sosial, politik, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain. Sementara pendidikan berbasis masyarakat sebagai program harus berlandaskan pada keyakinan dasar bahwa partisipasi aktif dari warga masyarakat adalah hal yang pokok. Oleh karena itu pendidikan nonformal juga berhubungan dengan kemajuan budaya dan pelestarian budaya. Pendidikan nonformal mencakup pendidikan masyarakat yang didalam masyarakat tersebut terdapat berbagai macam budaya atau cultur, yang sudah melekat dan membudi daya dalam masyarakat tersebut. Sejalan dengan itu pendidikan multicultural sangat dibutuhkan dalam memahami konsep pendidikan nonformal.
c. Kaitan Pendidikan Multikultural dalam Peningkatan Pemahaman PNF
Berdasarkan teori Ausubel ( Trianyo, 2007: 25 ) dalam membantu warga belajar menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep – konsep awal yang sudah dimiliki warga belajar yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Ausubel ( Ruseffendi, 1991 : 172 ) menyatakan bahwa belajar bermakna ialah memahami apa yang sudah diperolehnya dengan dikaitkan keadaan lain sehinggga lebih dimengerti.
Dalam menyajikan suatu konsep, pembelajaran hendaknya lebih mengutamakan pengertian. Teori Gesalt yang sering pula di sebut dengan field theory atau insight full learning ( Purwanto, 1996 : 101 ) menyatakan belajar bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus respon yang makin lama makin kuat karena adanya latihan – latihan atau ulangan – ulangan. Belajar terjadi jika ada pengertian. Pengertian atau insight muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba – tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsure – unsure yang satu denagn yang lainnya kemudian di pahami sangkut – pautnya dan dimengerti maknanya. Selanjutnya, teori ini juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman – pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya.
Secara singkat, belajar menurut psikologi Gesalt dapat diterangkan sebagai berikut : (1) dalam belajar, faktor pemahaman atau pengertian ( insigh )merupakan faktor yang penting ; (2) dalam belajar, pribadi atau organisme memegng peranan yang paling sentral. Brlajar tidak hanya dilkukan reaktif – mekanistik belaka, tetapi dilakukan dengan sabar, bermotif, brrtujuan ( Purwanto, 1996 : 101 ). John Dewey ( Tim MKPBM, 2001 : 48 ) sebagai tokoh teori Gesalt, mengemukakan bahwa menurut teori ini pelaksanaan belajar mengajar yang diselenggarakan guru / tutor harus memperhatikan hal – hal berikut ini (1) penyajian konsep harus lebih menggutamakan pengertian, (2) pelaksanaan kegiatan belajar – mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual peserta didik, dan (3) mengatur suasana kelas agar peserta didik siap belajar.
Sedangkan keberagaman kebudayaan beserta keunikannya yang menyiratkan kekhasan masing – masing budaya merupakan potensi bagi pengembangan pembelajaran konsep pendidikan nonformal. Pendidikan atau pendekatan multikultural ( Rohidi, 2002) didesain dengan menekankan pentingnya pluralisme sosial, keberagaman budaya, etnik, dan kontekstualisme. Berdasarkan pendekatan ini pembelajaran dipandang sebagai intervensi sosial dan budaya sehingga pada saat mengajar atau memberikan pemahaman, tutor tidak hanya mempertentangkan tetapi secara konsisten menyadari bias sosial budayanya. Melalui pendekatan atau pendidiakn ini, pengguanaan pendidiakn dalam pemahaman konsep pendidikan nonformal disarankan tanggap budaya sehingga dapat menunjukkan perbedaan etnik dan sosio budaya dikelas, masyarakat, nasional, dan internasional.
Dalam pendidikan multikultural, dipusatkan pada warga belajar atau komunitas tertentu yang memungkinkan tutor memahami keyakinan serta nilai – nilai sosio budaya warga belajar dalam konteks kebudayaan masyarakat ketika merancang model pembelajara. Hal ini diperlukan bagi seorang tutor karena untuk menamkan suatu pemahaman konsep baru kepada warga belajar, tutor harus mengkaitkannya dengan konsep yang sudah dikenal oleh warga belajar. Dengan menggunakan konteks yang berkaitan dengan budaya yang sudah dikenal warga belajarnya, akan membuatnya merasa bahwa pengetahuan itu bagian dari dirinya dan tidak merasa sebagai sesuatu yang datang tiba – tiba sehingga warga belajar juga merasa bahwa belajarnya menjadi bermakna.
Dalam Pendidikan non formal wacana ini dapat disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan model pembelajaran yang responsive multikultural dengan mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan baik ras suku, maupun agama antar anggota masyarakat. Dengan demikian pendidikan multikultural sangat dibutuhkan dalam penahaman konsep pendidikan nonformal.

3. Kesimpulan
Pendidikan multikultural yang mencakup pengakuan dan penghormatan terhadap ras, suku, maupun yang lain dapat dipergunakan untuk memahami konsep dalam pendidikan nonformal yang memang didalam pendidikan nonformal tersebut didalamnya terdapat pendidikan yang diberikan untuk warga masyarakat yang kurang beruntung dalam memperoleh pendidikan di dalam pendidikan formal. Didalam masyarakat tersebut terdapat berbagai macam budaya yang telah melekat dan telah membudidaya bersamaan dengan berlangsungnya kehidupan masyarakat tersebut. Oleh karena itu pendidikan menjadi salah satu alternative untuk memahami konsep pendidikan nonformal.
Daftar Pustaka
Joesouef, Soelaiman Prof. Drs.2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta :PT Bumi Aksara.
Zubaedi, Dr.M.Ag,M.Pd.2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Shofan, Moh (Ed). 2007. The Realistic Education Menuju Masyarakat Utama. Yogyakarta :IRCiSoD
Kusmiadi , Ade, Euis Eti Rohaeti dan Heris Hendriana. 2009. Pendekatan Multikultural yang Berlandaskan Konstruktivisme Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika Bermakna bagi Pendidikan Nonformal. Jurnal Ilmiah VISI PTK – PNF – Vol.4,N.1.
Cochran-Smith, Marilyn (ed).2001. Multikultural Education Solution or Problem for American Shool. Journal of Teadher of Education, Vol.52, No.2,March/April 2001 91 – 93@ 2001 by the American Association of colleges for Theacher Education.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/wacana-pendidikan-multikultural-di-indonesia/
http://habibthecreator.wordpress.com/2009/10/30/memahami-konsep-pendidikan-non-f